Musibah Bencana Alam yaitu meletusnya Gunung Merapi menimbulkan beredarnya Mitos seputar Merapi, kejadian tersebut seperti apa yang tertulis dalam buku ramalan Jayabaya karya pujangga Ronggowarsito. Banyak kalangan yang mengaitkan dengan apa yang ada dalam buku tersebut.
Seperti kita ketahui bencana alam Gunung Merapi -yang sampai hari ini (05/11/2010) masih terus menunjukkan letusan dan mengeluarkan asap tebal yang membumbung ke angkasa setinggi beberapa kilometer yang efeknya menimbulkan kesedihan dan jatuhnya korban. Hingga saat ini belum menunjukkan tanda kapan akan reda.
Kembali ke Mitos Merapi
Dalam buku Jayabaya karangan Ronggowarsito, tertulis diantaranya adalah sebagai berikut:
Banyak laknat, banyak pengkhianat, yang muda melawan yang tua, saudara memusuhi saudaranya, guru saling berseteru, buruh jadi musuh, di mana-mana banyak yang melampiaskan kemarahan.
Banyak hujan turun salah musim, banyak perawan tua, banyak janda hamil, banyak bayi tanpa ayah, banyak orang menentang agama, banyak orang kehilangan kemanusiaan; rumah suci dibenci, tempat maksiat dipuja, dan wanita berani tampil di mana-mana.
Karena pemimpin tidak menepati janjinya, maka hilang kekuasaan dan pudar kewibawaannya, orang makan sesamanya, kayu dan besi juga dimakan layaknya kue bolu (korup), namun menyebabkan sulit tidur pada malam hari.
dikutip dari detik.com
Banyak pro dan kontra terhadap fenomena Mitos Merapi dalam buku Jayabaya Ronggowarsito. Dan pro kontra selalu saja ada terhadap sesuatu yang memang sulit dalam logika setiap orang. Kemudian fenomena tersebut mengundang pemikiran untuk melihat melalui kacamata agama, karena dengan "agama" lah pikiran beberapa perbedaan bisa disatukan, walaupun tetap menimbulkan perbedaan pendapat yang merupakan kewajaran sebagai makhluk yang mempunyai pemikiran dan pendapat berbeda.
Kalangan yang pro melihat buku ramalan karya ronggowarsito itu memang masuk akal apabila dilihat dengan kondisi yang terjadi pada saat ini, seperti misalnya banjir bandang dan gunung njeblug (meletus), bukankah saat ini sering terjadi?
Sekarang tinggal bagaimana kita menyikapi fenomena yang ada tersebut, apakah kita mempercayainya sebagai sebuah peringatan dan wawasan untuk kemudian dijadikan wawasan untuk lebih "kembali" mendekatkan diri kepada Tuhan dalam kerangka agama, ataukah mengangap buku ramalan tersebut sebagai sebuah buku karangan biasa sebagai sebuah hasil karya sastra dari seorang pujangga -Ronggowarsito.
Seperti kita ketahui bencana alam Gunung Merapi -yang sampai hari ini (05/11/2010) masih terus menunjukkan letusan dan mengeluarkan asap tebal yang membumbung ke angkasa setinggi beberapa kilometer yang efeknya menimbulkan kesedihan dan jatuhnya korban. Hingga saat ini belum menunjukkan tanda kapan akan reda.
Kembali ke Mitos Merapi
Dalam buku Jayabaya karangan Ronggowarsito, tertulis diantaranya adalah sebagai berikut:
Banjir bandang ana ngendi-endi, gunung njeblug tan anjarwani, tan angimpeni, gethinge kepathi-pati marang pandhita kang olah pati geni marga wedi kapiyak wadine, sapa sira sing sayektiArtinya : Banjir bandang terjadi dimana-mana, gunung meletus tanpa dapat diprediksi karenanya tiadanya isyarat yang mendahuluinya; perasaan benci berlebihan terhadap mereka yang bersikap arif maupun para cerdik-cendekiawan karena pada umumnya orang takut terbongkar rahasia pribadinya.
Akeh laknat, akeh pengkhianat, anak mangsa bapak, sedulur mengsah sedherek, guru padha satru, buruh dadi mungsuh, kana kene padha ngumbar angkara murka
Banyak laknat, banyak pengkhianat, yang muda melawan yang tua, saudara memusuhi saudaranya, guru saling berseteru, buruh jadi musuh, di mana-mana banyak yang melampiaskan kemarahan.
Akeh udan salah mangsa, akeh prawan tuwa, akeh randha meteng, akeh bayi tanpa bapa, agama akeh sing nantang, kamanungsan akeh sing ilang, omah suci padha dibenci, omah ala padha dipuja, wanodya padha wani ing ngendi-endi
Banyak hujan turun salah musim, banyak perawan tua, banyak janda hamil, banyak bayi tanpa ayah, banyak orang menentang agama, banyak orang kehilangan kemanusiaan; rumah suci dibenci, tempat maksiat dipuja, dan wanita berani tampil di mana-mana.
Ratu ora netepi janji musna kuwasa lan prabawane, wong padha mangan wong, kayu gligan lan wesi hiya padha doyan, dirasa enak kaya roti bolu, yen wengi padha ora bisa turu
Karena pemimpin tidak menepati janjinya, maka hilang kekuasaan dan pudar kewibawaannya, orang makan sesamanya, kayu dan besi juga dimakan layaknya kue bolu (korup), namun menyebabkan sulit tidur pada malam hari.
dikutip dari detik.com
Banyak pro dan kontra terhadap fenomena Mitos Merapi dalam buku Jayabaya Ronggowarsito. Dan pro kontra selalu saja ada terhadap sesuatu yang memang sulit dalam logika setiap orang. Kemudian fenomena tersebut mengundang pemikiran untuk melihat melalui kacamata agama, karena dengan "agama" lah pikiran beberapa perbedaan bisa disatukan, walaupun tetap menimbulkan perbedaan pendapat yang merupakan kewajaran sebagai makhluk yang mempunyai pemikiran dan pendapat berbeda.
Kalangan yang pro melihat buku ramalan karya ronggowarsito itu memang masuk akal apabila dilihat dengan kondisi yang terjadi pada saat ini, seperti misalnya banjir bandang dan gunung njeblug (meletus), bukankah saat ini sering terjadi?
Sekarang tinggal bagaimana kita menyikapi fenomena yang ada tersebut, apakah kita mempercayainya sebagai sebuah peringatan dan wawasan untuk kemudian dijadikan wawasan untuk lebih "kembali" mendekatkan diri kepada Tuhan dalam kerangka agama, ataukah mengangap buku ramalan tersebut sebagai sebuah buku karangan biasa sebagai sebuah hasil karya sastra dari seorang pujangga -Ronggowarsito.
Menurut saya si, ga boleh percaya sama ramalan sobat. Salam kenal dari Tasikmalaya.
ReplyDeleteTerimakasih kunjungannya sobat...
ReplyDeleteYa begitulah ramalan tetap saja sebuah ramalan semuanya kembali ke diri kita bagaimana menyikapinya :D
thanks for sharing
ReplyDeletesalam kenal...
ReplyDeletemenurut saya dengan membaca tulisan ini seharusnya kita sadar bahwa sekarang ini manusia khusunya kita di Indonesia sudah mulai keluar dari jalur yang seharusnya. Misal ramalan jaya baya ini... seharusnya kita sadar dan introspeksi bagaiaman orang-orang kita dahulu tanpa terlalu memikirkan "agama" tapi bisa saling menghargai manusia antar manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan tuhanNYA !
menurut saya semua itu memang benar adanya, namun manusia sekarang tidak pernah berpikir akan sejarah dan terkesan sombong dan menyepelekan semua itu seolah-olah semua itu hanya bualan semata, seperti bung karno pernah berkata "jas merah" jangan sekali-kali melupakan sejarah, padahal klo kita tela'ah dan intropeksi dg keadaan skrg maka nyata lah gambaran itu namun dgn kedaan yg berbeda sesuai jamannya.
ReplyDeleteya antara percaya dan tidak percaya kalau kita liat
ReplyDeletemakasih jadi tahu apa itu mitos. pingin cari rumah di bali klik disini our listing property
ReplyDelete